Aku adalah seorang anak kecil yang bernama Riky, usiaku tak
lebih dari 7 tahun. Aku memiliki seoarang kakak laki- laki berusia 10
tahun yang bernama Rozy yang terkadang baik padaku. Disekolahan aku
terkenal dengan sebutan “Riky sang penakhluk” mungkin sebutan itu
diberikan, karna aku sering sekali mencari masalah karena keegoisanku
yang berujung dengan perkelahian dengan teman satu sekolahku.
Siang itu aku melihat Rozy yang sedang tidur di atas kasurku, yang
berani-beraninya menggunakan selimut kesayanganku. Kakiku ku hentakkan
kelantai tanda aku mulai marah, aku berlari memasuki kamar papanku,dan
bersiap untuk melakukan hal biasa yang kulakuan pada rozy. sesampainya
disana , aku pun memukul nya, ku tarik rambutnya, aku cubit kakinya, ku
jewer telinganya, tapi Rozy tak membalas perbuatanku. Ku tarik tarik
selimutku,ku peluk erat selimut kesayanganku tapi rozy tak juga menatap
mataku.
Aku terdiam saat aku lihat mukanya yang memerah, bibirnya mulai
memucat,jantungku yang tadinya berdetak dengan cepat karena marah,
sekarang mulai berdetak dengan pelan , aku mulai bingung, aku mendengar
suara rozy yang halus yang kian lama kian mengilang.
“aku saakitt, panggilkan ibu”, aku tax percaya dengan perkataan rozy,
dia tax pernah sakit sebelumnya aku fikir ini adalah taktiknya dalam
permainan kami biasanya. bermain perang-perangan, tentara tentaraan,
bahkan kami pun pernah pura-pura mati.
“ ah aku tak percaya padamu, kau pasti sedang merencanakn sesuatu
untuk ku,” ujar ku. “sudah kubilang panggikan ibu” kata rozy yang
tergeletak dikasur tak berdaya.
“ibu sedang tak ada dirumah, mungkin masih diperjalanan pulang” kata ku sambil menghempaskan tubuh mungil ku dikasur empuk.
tak lama kemudian ibu pun pulang, aku menyambutnya dengan berteriak
mengejar ibu dan memeluknya. Dan aku berkata pada ibu bahwasannya rozy
sakit. Ibu pun mendatangi kakak ku rozy dengan cemasnya “apakah kau
sakit, sini,, coba ibu periksa!” kata ibu dengan memegang kening
kakakku.. “Astagaa, kau sakit nak, ayo kita kerumah sakit, berdirilah
sayang!” teriak ibu
“bu, aku tax bias berdiri bu,. Tubuhku kaku seperti batu, kepalaku
pusing sekali,,” kata kakakku dengan suara lembut yang keluar dari bibir
mungilnya. “ Ibu akan menggendongmu nak, naiklah kepunggung ibu,, kau
harus berjanji, kau harus bertahan ya!!” ibuku semakin cemas dengan
keadaan kakakku sekarang.
Yang ku pikirkan adalah ibu lebih mementingkan kakakku yang sakit
dari pada aku. Mereka semua pergi meninggalkanku sendiri dirumah ini,
aku takut, aku merasa tak ada guna, bahkan tak perlu diperhatikan dengan
mereka semua. Yang dapat ku lakukan sekarang ini adalah menunggu mereka
hingga mereka semua pulang.
************
Siang pun berganti malam, semua orang yang ada dirumahku belum
menunjukkan tanda- tanda untuk pulang, aku melakukan semua hal dirumah
ini sendirian, sesekali aku hidupkan TV duduk sofa panjang keluargaku,
dan membalut seluruh tubuhku dengan selimut kesayanganku.
Tak sadar, aku pun tertidur… dalam lamunanku aku hanya berharap ayah, ibu, dan kakakku kembali dengan cepat sebelum pagi datang.
Tepat tengah malam aku mendengar suara orang dari balik pintu
rumahku, suaranya terdengar jelas, namun tak bising ditelingaku, saat
itu aku sadar, kalau aku tak sedang tidur, aku sadar ini adalah dunia
nyata, selimut yang ada ditubuhku, perlahan ku tarik lebih dalam
kemukaku, jantungku berdetak kencang, ku paksa agar mataku tak terbuka,
kedua tanganku ku genggam erat, hatiku tak menentu, aku sangat
ketakutan, yang kupikirkan adalah sosok arwah yang kesepian….
“tik,,tak,,tik,,tak,,” suara sepatunya semakin dekat kearahku,, ingin
sekali aku berteriak kencang,, tapi seakan- akan mulutku terkunci rapat
karna debaran jantungku, dan tiba tiba…… dia menarik selimutku ……….
Seketika aku menjerit
“aaaaaaaaahhhhhhhhhhh” aku tax membuka mataku, aku menangis, terasa sesak saat ku bernafas ,tapi…..
“Riky,,.Riky,,. Tenanglah nak, ini ayah,,..” kata ayah yang langsung memeluk erat tubuhku..,
Aku pun menangis lebih keras lagi kedalam pelukan ayahku,, “ hikz
kenapa kalian tinggalkan aku sendiri disini,, aku taku disini,,.
Bagaimana dengan kakak, apakah dia baik-baik saja,, aku bersalah ayah,
seharusnya aku tax melakukan nya, seharusnya aku tak berbuat yang jahat
pada kakak “ kata ku sambil menenggelamkan mukaku ke bahu ayahku.
perasaan ku yang tadinya tak menentu, debaran jantung yang tax
stabil, lama kelamaan mulai terkendali, ayah menenangkan ku, jantungku
kembali berdetak seprti biasanya..
******
Pagi pun tiba…
Ayah mengantarkan ku pergi kesekolah pagi ini dengan mobilnya, aku
segera masuk ke kelasku. Ku lihat seluruh teman teman sekelasku dengan
wajah sinisku, salah seorang teman ku yang kurang menyukai ku berkata
padaku “hey riky apakah kamu diantar dengan ayahmu,,hahah bukankah itu
tandanya kamu sama seperti kami, anak baby” selluruh org dikelas
terkesan tertawa mengejekku.
Tak fikir panjang aku tarik baju yang ada dilehernya keatas, sehingga
membuat kepalanya terangkat keatas “ apa maksudmu,,. Kaulah yang baby,,
aku bukan baby.. kau belum kapok dengan pukulanku yang kemaren?? Apakah
kau bosa hidup, aku bias buat kau masuk rumah sakit kali ini”
“ha? Coba saja kalau kau bias, kau fikir aku mau bertekuk lutut didepanmu,. M’f tidak” dengan wajah sinisnya
Amarahku tak dapat kupadamkan, rasanya gelombang pasang yang ada di
darahku, perlahan mengajakku untuk hanyut kedalam keegoisanku, aku
merasa dia tak bisa jaga mulut, enak enaknya saja dia mempermalukan ku
diseluruh teman satu sekelasku terebih dihadapan wanita wanita cantik
ini. Tak fikir panjang lagi, aku meyelesaikan semua ini dengan
membantingnya ke lantai dan aku gulati dia dilantai, aku pukul mukanya
dengan gumpalan tinju yang aku siapkan dari tadi, ku injak tubuhnya
bahkan aku tarik rambutnya, aku fikir dia sudah menyerah, tetapi dia
mencoba untuk melawanku, dia membanting tubuhku kelantai pula, aku
terhenyak sesaat,,terdiam dalam kekalutanku….
Suara sorakan teman temanku membuat ku semakin ingin memukul nya,,
aku merasakan kekuatan ku kembali, aku banting lagi temanku kelantai ,
hingga akhirnya guruku meleraikan pertarungan kami. Serasa tak puas,,
aku mengadukan semuanya pada guruku, tapi guruku tak mendengar
perkataanku, dia menganggap aku tak pantas untuk dipercayainya, aku
adalah murid ternakal yang suka sekali berkelahi dengan teman satu
sekolahku, jadi tak heran guru ku tak mempercayaiku..
Aku menganggap semua hal ini masa bodoh saja, aku tak peduli pendapat
mereka, aku tak peduli apa kata orang lain, yang ku tahu hanyalah
kepuasanku sendiri, mau suaka atau tidak, inilah cara hidupku……
******
Dilain sisi tepatnya dirumah sakit……
“ibu,benarkan, aku sdang sakit?” suara rozy yang lembut kepada ibu. “
tenanglah nak, kau akan baik baik saja, setelah dari rumah sakit
ini,kau dapat pulang dan menjalankan kegiatanmu seperti biasanya lagi
yah!” bujuk ibu sambil mengelus ngelus kepala kakakku rozy.
“bias kau datang keruanganku sebentar?” kata dokter yang berada di depan pintu kamar kakakku.
Ibu pun mengikuti doker ke ruangannya ..
“ ini adalah hasil laboratoriumnya! Disini kita bisa lihat, warna
putih dilayar ini adalah sebuah tumor yang bersarang diotak anakmu, dia
akan mengalami pusing yang hebat dibagian kepalanya, dan terkadang
seluruh tubuhnya akan memucat, dan dia akan muntah muntah karena keadaan
yang tidak stabil dibagian kepalanya, dan ini juga lama kelamaan akan
merusak seluruh saraf yang ada disekeliling tumor ini, terutam pada
saraf Mata, tumor ini akan merusak indra penglihatnya jika tidak cepat
diatasi dan ini tidak bisa dibiarkan lebih lama berlarut, semakin cepat
semakin baik kalau tidak……”
“kalau tidak dia akan mati maksudmu?” potong ibu…
“kami akan berusaha semaksimal mungkin, yang terpenting saat ini
adalh melakukan hal yang terbaik untuk rozy anakmu, berikan dia
semangat, kami akan melakukan yang terbaik untuk anakmu” kata dokter
Perlahan ibu meninggalkan rungan dokter, dan keluar duduk di kursi
tunggu pasien, ibu menagis, sendiri tanpa ada orang disana, hanya ruang
hampa dan kesunyianlah yang menyelimuti hatinya. Tapi saat itu sosok
laki-laki menghampirinya, dan memegang pundaknya.
Ayah, iya ayah, datang menghampiri ibuku, dan duduk disamping ibuku.
Membuat ruangan hampak tak bersuara penuh dengan perdebatan hebat
diantara mereka berdua.
“ tenaglah, “ kata ayahku sambil memandang wajah ibuku
“bagaimana aku bisa tenag melihat keadaan anak ku yang sekarang ini,
apa pedulimuu,,. Kau tak pernah memikirkan anak anak mu, aku harus
mengambil beban berat ini sendiri, bahan menyelesaikan setiap masal ini
sendiri,,, aku tidak merasakan adanya kau,, apakah kau tak merasa
memiliki anak anak mu?” teriak ibu pada ayah,
“aku peduli pada kalian semua, aku,….mengerti perasaan mu, aku akan
melakukan hal yang terbaik untuk kalian, aku akan berusaha berusaha
semaksimal mungkin untuk rozy anakku, kau harus yakin, tuhan ada bersama
kita, rozy tidak akan kenapa napa, dia akan baik baik saja” kata ayah,
sambil mengapus air mata ibuku yang membanjiri pipinya.
Saat itu di ruangan Rozy…..
“ hey, kak rozy, apakah kau tak bosan tidur disini?” kataku sambil
menaiki kasur kakak ku. “hemm,, kurasa begitu, tapi, aku sedang sakit
riky” kata kakak. “sebegitu parahkah penyakitmu?” tanyaku sambil
mendekatkan mukaku ke kakakku.
“entahlah, kata ibu ada benda asing di atas kepalaku” kata kakakku
sambil menunjukkan kea rah kepalanya. “apa itu,,.. Rambutmu kah,,haha”
kata ku sambil tertawa,,
“hem,, mungkinlah,,” jawab kak rozy sambil tertawa.
Aku tak ambil pusing dengan seberapa parahnya penyakit yang diderita
oleh kakakku, yang ku inginkan adalh aku ingin bermain bersama kak
rozy……..
“ayo,,.kita pulang,. “ kata ibu yang menyimpan rasa sedihnya pada
kami semua. “ha? Benarkah bu, kakak sudah bias pulang, kata kakak ada
benda asing di atas kepalanya, apa itu bu? Tanya heranku pada ibuku.
“benda itu sesuatu yang membuat kakakmu sakit riky, tapi sekarang
doketr sudah mengizinkan kak rozy pulang..jadi kita bias berkumpul
bersama sama lagi” senyum ibu
Aku pun hanya mengiyakannya saja, anak kecil seperti aku, tak tahu apa apa urusan orang dewas.
************
Saat dirumah 1 hari kemudian
Aku melihat kedua orang tuaku lebih memberikan perhatian pada kak
rozy, seakan aku tak ada diantara mereka, semuanya serba kak rozy, aku
tax boleh berbicara keras lah, aku tak boleh menggunakan handuk khusus
kak rozy lah, seakan akan kak rozy adalahi seoarang pangeran yang segala
sesuatunya dapat dia dapatkan.
Saat disekolah pun aku tak enak perasaan dengan teman temanku, saat
itu salah seorang teman ku bernama Deigo tak ingin meminjamkan ku
kelereng yang dia miliki. Aku memaksanya untuk memberikan kelereng itu
untuku, tapi dia tak mau juga memberikannya padaku, tanpa fikir panjang,
aku langsung merebut kelereng itu dari tangan Diego.
“kau tak punya perasaan Riky, siapa yang mau bermain denganmu?, kami
tak akan mau main bersamamu lagi” teriak diego sambil meninggalkan aku
sendiri di lapangan kecil tempat bermain kelerng ini. “ pergi saja
kalian dari sini,aku tak membutuhkan kalian disini, “ aku pun membalas
dengan perkataan kasar yang telah kurangkai sebelumnya.
Tapi lama kelamaan aku, mulai bosan dengan semua ini, dengan
perkataan perkataan yg tak enak kudengar selama ini, aku membantingkan
kelereng yang kurebut dengan diego tadi kelantai sekuat tenaga yang aku
miliki. Dan aku pun pergi dari tempat ini menggunakan sepatu roda yang
ku miliki dengan emosi yang belum redah.
Sepulang dirumah, dengan emosi yang masih belum dapat ku redam,
kulihat di kamar mandi, sebuah handuk khusus untuk kakak rozy tergantung
rapi di jemurannya ,aku pandangi handuk itu dengan penuh kemarahan,
dengan kesalnya aku menarik handuk yang tak boleh aku pakai itu ke depan
mukaku, dan aku pun mengelap mukaku dengan kesalny menggunakan handuk
itu, dan aku bantingkan handuk itu ke lantai kamar mandiku. Dan aku pun
bergegas meninggalkan handuk itu dengan keadaan tak wajarnya dengan
jantung berdebar kecang
dirumah ini aku hanya diam dan diam saja, aku tak tahu apa yang harus
aku lakukan. Seakan akan semua kesalahan tertuju padaku. Aku berdiri
diujung tiang tembok yang mengarah langsung ke depan kamar kakak ku
rozy, aku melihat kak rozy muntah –muntah,…. ibu dan ayah pun sibuk
dibuatnya.
“sepertinya keadaanya semakin memburuk” kata ibu .“ku rasa begitu”
kata ayah dengan paniknya. “aku tak bias menahan lagi, Aku har us
membawa anakku ke rumah sakit” kata ibuku yang langsung menggendong
kakakku ke punggung nya dan lewat begitu saja dihadapanku.
Ayah pun akan lewat dihadapanku saat ini, tentu saja aku
menghadangnya dan aku mengatakan semua perlakuanku yang jahat pada kakak
ku sendiri,
“ ayah, , maafkan aku ayah” teriakku “ ada apa Riky, kakakmu sedang
sakit” kata ayah sambil menggendongku dan memelukku ke dalam dadanya.
“aku adik yang jahat,ini semua gara gara aku, aku menggunakan handuk
khusus untuk kakak rozy, ini semua salah ku ayah, akibatnya,,kak rozy
harus dibawa kerumah sakit lagi, aku salah ayah,,.” Aku pun perlahan
menangis tersedu sedu,karma perbuatan egoisku.
“baguslah kalau riky sudah menyadarinya, mulai
sekarang kau harus baik baik ya dengan kakakmu ,. Kak rozy itu sedang
sakit, sakit sekali.. sakit nya ad da di sini, tepat diotaknya.” bujuk
ayah kepada aku.
Perasaanku mulai tenang dengan perkataan ayah, tapi
hati ku belum tenang karena kakak yang harus dirawat inap di rumah sakit
lagi.
******
“lingkaran yang berwarna putih ini semakin membesar,
kita harus segera lakukan operasi besar, sebelum tumor ini dapat
menghabiskan seluruuh saraf saraf yang ada disekitarnya.” Kata dokter
sambil menunjukkan hasil laboratoriumnya.
Aku tahu saat itu pasti perasaan ibuu sangat sakit,
ibu harus pergi ke BanK untuk mengambil sebagian uang tabungannya
selama ini untuk biaya operasi kakak ku. Bahkan mobil ku pun akan
dijual jika nanti biayanya kurang.
Aku tak tahu apa apa, tapi aku tahu keluarga ku sedang diuji oleh tuhan.
“hey, kak, bagaimana keadaanmu?” Tanya ku pada kakakku.
Dengan senyum manis yang tergambar pada wajah lugunya dia menjawab
kalau dia baik baik saja, padahal aku tahu, dia lagi menahan rasa sakit
yang luar biasa.
“riky, aku harus dioperasi besok, Ada benda jahat di
atas kepalaku, dan itu harus disingkirkan, kau akan menungguku bukan ?”
Tanya kak rozy dengan mata yang tertuju tajam padaku.
“iya,tentu” dengan perlahan aku katakana padanya, tak berani
menentang kata satupun yang keluar dari bibir ,mungilnya. “ tapi
berjanjilah ,. Kau akn bermain bersamaku saat kau sadar nanti yah”
teriakku pada kak rozy
Kak rozy pun,hanya dapat tersenyum manis pada ku
menggap ini hanyalah sebuah permainan, dan hanya sebuah tidur disiang
harinya, dan dia akan terbangun nantinya.
***********
“rozy, bsok kau akan dioperasi dibagian kepalamu ini,
bagaiman dengan rambutmu?” Tanya ayah ku pada kakakku. “potong saja
ayah, “ kata kakakku dengan suara pelan namun tegas. “ sebagian
sajakah??” Tanya ayah sambbil mencukur rambut kakak ku satu demi satu
merasa tak yakin dengan jawaban anaknya.
“potong saja semua ayH!” tegas kakakku dengan suara yang sedikit gemetar.
“ha? Apakah kau serius buat rambutmu botak” Tanya ayah sekali lagi
merasa belum yakin dengan keputusan kakakku. “iya ayah, potong saja”
sambil terseyum kak rozy melihat mata ayah dari sebuah kaca besar yang
ada dihadapannya.
“oh baiklah, kalau iu yang kau inginkan” dengan
sedikit keraguan ayah mencukur rambut kak rozy, dan alat cukur ayah
mulai berjalan diatas kepala kakaku, seakan tak memberi ampun pada
rambut kakaku yang pasrah dengan yang dilakukannya
Aku tahu perasaan kakakku saat ini sangat sedih, pilu terasa didalam
dada.. Dulu kakakku sangat menyukai gaya rambutnya seperti yang sekarang
ini, seakan inilah jati dirinyya dengan rambut yang dapat menarik
setiap orang untuk melihat nya, tapi sekarang kakak harus rela mencukur
semua rambutnya.
Terlihat jelas saat Kulihat dari sebuah kaca besar yang terpampang
jelas dihadapannya, wajah kakak yang tadinya tesenyum berubah menjadi
suram dan mulai mengalirkan air mata ke sedihan akan nasib hidupnya,
dan harus meninggalkan rambut kesayangan yang dia miliki. matanya
berbinar, saat ayah mulai mencukur rabut poni indahnya yang membuat dia
tampak manis, menandakan betapa beratnya hidup yang ia jalani selama ini
dengan senyum palsunya.
Tapi apalah daya seorang kak rozy, dengan segala
derita hidup yang sedang dia alami, dia akan berusaha tetap tersenyum
pada kami, seolah olah dia tak merasakan sakit sedikit pun, seoalah
olah, dia dapat hidup normal, seperti anak anak yang lainnya.
Itulah yang membuatku bangga padanya, terkadang aku
sering kali menyakitinya, berbuat kasar padanya, mengatai dia dengan
perkatatan yan g tak enak didengar, tapiii,,,,, jarang sekali dia
melakuakn hal yang serupa padaku walaupun aku tahu perasaannya saat
itu………
********
Diatas kursi roda,, kakakku dengan sebuah topi besar
diatas kepalanya tampak lesu dan murung. Ibuku yang berada dibelakang
kakaku mendorong kursi roda mulai resah pada kak rozy dan mencoba
bertanya kepada kakak, tapi kak rozy tak mengeluakan satu kata pun yang
keluar dari bibirnya.
“menagapa kau tak bicara, mengapa kau tak menjawab
pertanyaanku, apakah kau tak mendengarkanku, aku ini ibumu, jangan kau
diam seperti ini, ini hanya akan mempersulit keadaanku saja!!” kata ibu
dengan nada tinggi.
Tangan kak rozy yang tadinya rapi didepan
pangkuannya, tiba tiba turun dan memberhentikan jalannya kursi roda itu.
Dan terasa cairan hangat mengalir dari kedua mata kakakku melewati bulu
mata lentiknya dan perlahan lahan membasahi kedua pipi manisnya,
seketika muka kakakku berubah menjadi pucat.
“ibu tak mengerti perasaanku, ibu tak tahu bagaimana rasa sakit yang
ku derita, aku sudah sabar dengan penderitaan ku ini. Aku sakit bu, aku
sakit,!! aku tahu penyakit ku ni ,sewaktu waktu dapat mengancam nyawaku.
Aku mohon bu, selama ini aku sudah bersabar, dan berusaha melawan
takdir yang telah digariskan padaku. TApii…”
Cepat cepat ibu memeluk kak rozy , “ibu tahu nak,
maafkan ibumu ini nak, ibu akan berusahan semaksimal mungkin untuk
kembalikan kehidupanmu seperti dulu” . isak tangis keluarga ku pun tak
terbendung lagi dengan segala keadaan serba prihatin. Aku yang masih
kecil ini tak tahu dapt melakukan hal yang berguna bagi kakaku. Yang ku
harapkan, adalah semoga kak rozy dapat sembuh dan dapat tersenyum
seperti biasanya.
********
Pagi ini kakakku akan operasi besar , terlihat
kakakku yang sedang trbaring diatas ranjang nya dengan kepala terpasang
bermacam warna kabel. Aku sedikit aneh melihatnya,ku bilang dia seperti
robot. Tapi kak rozy malah tertawa kepadaku, entah dia meledekku atau
karna perkataanku. Saat ini aku ,ibu ,ayah masih dapat melihat nya, dan
mencoba untuk menghibur nya. Tetapi saat pintu ruang operasi telah
dibuka perlahan dan kakakku mulai digiring kedalam ruangan aku mulai
takut . ayah ku yang mengetahui ku yang sedang ketakutan melihat kakakku
,langsung memelukku erat erat.
Dari jauh ibuku berteriak pada kakakku “ kau tidak
akan merasakaan sakit nak, kau hanya akan tidur dan bermimpi indah, dank
au akan terbangun dari mimpi panjangmu nak” . entah apa arti dari yang
dikatakan ibu, aku tak tahu, ku fikir kak rozy , akan tidur dan akan
bangun seperti biasa yang aku lakukan sehari hari. Aku hanya berharap
kak rozy akan keluar dari ruangan dingin ini.
******
Aku diantar ayahku ke sekolah, walaupun sekarang kak
rozy sedang melakukan operasi besar, tapi aku masih saja disuruh untuk
sekolah, padahal kan aku mau tunggu kak rozy bangun dari mimpinya, dan
aku ingin bertanya apa yang dia rasakan di atas kepalanya itu.
“beljarlah yang benar” kata ayah padaku. “ ahh,,
ayah, kapan operasinya selesai?” Tanya ku pada ayahku. “ mungkin jam 11
nanti selesai, ayah harus segera kerumah sakit, menemani ibumu, kau
disini belajarlah yang baik” jawab ayah. “ ah, ia aku akan langsung
kerumah sakit kalau sudah pulang “ Kataku dan segera meluncur dengan
sepatu roda kesayanganku.
Pagi ini dikelas, aku bermain dengan temanku
dikelas. Terlihat salah seorang temanku yang baik diamata guru dan teman
teman ku lainnya, sebut saja namanya Yogi,, dia berjalan perlahan
dengan kaca mata besarnya membawa sebuah buku kesukaannya dan
menghampiri aku.
“ katanya, kakakmu sedang dioperasi ya?, “ Tanya yogi
dengan lembutnya. Aku yang tak senang dengan penampilan konyolnya
segera berdiri dari tempatku. Dan berkata dengan nada tinggi pada yogi
“ kalau iya kenapa? apA URUSanMU!!” dengan nada keras aku katakana pada
Yogi dan membantingkan Buku kesayangannya didepan mata kepalanya.
Seketika aku keluar dari kelas dan menenangkan diriku sendiri dibawah
pohon taman belakang sekolahanku. Yogi tak merenspon buruk pada
perlakuanku padanya barusan, dia dengan perlahan mengambil buku yang
telah ku bantingkan ke lantai dan memasukkannya kedalam tas.
**********
Sedikit demi sedikit jari jemarinya mulai bergerak,
bulu mata lentiknya mulai bermain main dikelopak matanya, bibirnya mulai
bergerak seperti akan mengatakan sesuatu, dan akhirnya kedua bola mata
yang kutunggu akhirnya terbuka.
“ apakah kau mengingatku” tanyaku pada kak rozy. Terlihat kakakku
sedang mengingat wajah adik kesayangannya dan kak rozy berkata “ tentu
saja ,kau riky nakal dan jahil” perlahan suara kak rozy menggemma di
telingaku. Seketika aku tersenyum lebar pada kakakku,dan aku langsung
melihat wajah kedua orang tua ku, memberi isyarat bahwa kak rozy
menginatku. aku merasakan kerinduan yang amat mendalam pada nya. Rasa
tak percaya ini masih saja menghantui keluargaku , terutama pada hati
kecilku, sudah 3 hari kak rozy tertidur dan bermimpi panjang, dan pada
akhirnya hari, ini dia terbangun saat melihat wajah ku yang nakal ini.
“bagaimana nak apakah kau merasakan sesuatu?” Tanya ibu pada kak
rozy. “entahlah bu.. sepertinya aku lebih baik dari sebelumnya, ibu tak
perlu khawatir dengan keadaanku” jawab rozy sambil tersenyum tipis pda
ibu,
Aku membuka tas ransel kecil ku di sudut ruangan, ku ambil sebuah
kartu mainan ku yang paling aku sukai dan aku selipkan kedalam sebuah
buku bacaan yang sering dibaca Kakakku. Berharap kak rozy akan menyukai
pemberianku padanya , karena aku tahu, dari dulu kak rozy sangat
menginginkan kartu itu.
Tetapi dulu waktu ia masih dalam keadaan sehat aku tak mau
memberikannya bahkan meminjamkan pada kak rozy , tapi sekarang keadaan
berubah,aku hanya ingin melakukan hal yang terbaik untuk kak rozy,
walaupun aku harus mengorbankan kartu kesayanganku untuk nya. Aku akan
belajar meredam keegoisan ku pada kak rozy karna aku telah berjanji pada
ayah, akan memperbaiki sikap ku pada kak rozy.
“aku tahu kau menyukai buku ini,, ini aku bawakkan untuk mu” aku yang
memberikan buku kesayangan kak rozy berharap kak rozy akan senang
dengan pemberianku. Kulihat kak rozy membuka bukunya lembar demi lembar,
dan sebuah kartu yang ku selipkan dibuku itu akhirnya dapat
ditemukannya dari halaman bukunya.
“ itu adalah kartu yang sangat kau inginkan dariku, kau boleh memilikinya” kataku yang belaga cuek pada kak rozy. “wah
BLACK HUNTER ,, apakah ini untuk ku ? wah sejak kapan kau baik padaku?” kata kak rozy sambil tersenyum.
Aku yang melihatnya tersenyum seakan akan mengajakku untuk tersenyum
pula. Dalam hati kecilku, aku bahagia, dapat membuat kak rozy tersenyum
karna ku, dan ternyata membuat orang lain tersenyum karna kita itu
sesuatu hal yang menyenagkan.
Tak lama setelah aku memberikan kartu kesayangan ku pada kak rozy,
kejadian diluar fikiranku membuat keegoisanku pada orang lain semakin
menjadi. Saat itu kak rozy memiliki seorang teman baru di rumah sakit
ini dia adalah salah satu pasien penyakit tumor otak seperti kakakku,
sebut saja dia adalah “roku”
Ku lihat mereka berdua semakin akrab saja, sehingga membuatku cemburu
karena kedekatan roku dengan kak rozy. Terlebih lagi saat kak rozy
memberikan kartu kesayanganku pada roku didepan mata kepalaku.
Saat itu…….
“inih , untukmu apakah kau menyukainya,,. Kau dapat memilikinya” kata
kak rozy sambil memberikan kartu BLACK HUNTER ku pada Roku.
“ wah BLACK HUNTER, ini bagus, sudah lama sekali aku mencarinya
dimana kau dapatkan? Wah benarkah ini untuk ku , kau begitu baik rozy,
terimakasih yah” kata Roku pada rozy yang begitu senang mendapatkan
kartu baru ku.
Aku yang melihatnya langsung saja menghampiri mereka berdua, dan merebut kartuku yang berda ditangan Roku..
“ ini milikku, kau tak pantas untuk memilikinya, anak desa seperti
kamu, tak mengerti apa apa” aku yang marah begitu saja pada
roku,berharap kak rozy dapat membela perlakuanku. Tapi ternyata kak rozy
malah memarahiku.
“riky, kau begiu jahat padanya, bukankah kartu itu milikku sekarang,
bukankah kau telah memberikannya pada ku tadi, kau tak berhak
mengambilnya, kembalikan padaku” kak rozy seketika mengambil kembali
kartu yang berada pada genggamanku.
“ ini semua salhmu,, kak rozy lebih membelamu, kau membuat ini semua
jadi rumit, kau tak pantas memiliki kartu ku, kau tak pantas mendekati
kakakku.” kataku sambil memegang bahu roku yang masih dalam keadaan
lemah, dan mengguncangkan kedua bahunya sekuat tenagaku.
Aku terus berteriak pada roku, dan membuat kepalanya terangkat
keatas, dan tertunduk kebawah, hingga pada akhirnya kepala roku perlahan
terangkat ke atas dan melihat wajahku, aku segera menghentikan
guncangan yang kulakukan,. Kulihat cairan berwarna merah kental mengalir
dari lubang hidungnya, roku tak menangis, roku malah mencoba menghapus
cairan merah itu dari hidungnya, dan tanpa banyak bicara, dan tanpa ada
perkataan yan keluar dari mulutnya, dia langsung meninggalkan ku , dan
berjalan menuju ruangan inapnya.
Aku yang sedang marah, bertambah kesal melihat kakaku yang malah
meninggalkanku sendiri diruangan ini , “kau jahat riky” kata kak rozy,
dan berbalik berjalan meninggalkan tempat ku berdiri.
Aku merasa seperti tak berharga dihadapan mereka semua, seakan akan
yang ku lakukan tak pernah benar, padahal aku sudah berusaha untuk
membuat kak rozy menyukaiku, dengan mengorbankan kartu kesayanganku,
tapi pada kahirnya malah aku lagi yang tak benar dihadapannya.
Betapa kesalnya aku, semua rencana yang ku susun rapi, yang berharap
kak rozy dapat menyukai ku kembali, malah berbalik membenci ku. Perlahan
aku berjlan memasuki sebuah ruang kecil dengan cahaya remang remang
semakin membuat hatiku kian larut dalam kegelisahan ini, tak henti
hentinya kau meneteskan air mata hingga membasahi kedua pipi ku yang
kian lama kian merona.
Aku yang berada disudut ruangan mendengarkan sebuah Langkah
seseorang yang tak asing lagi kudengar. “tik,,tak,,tik,,,tak” suara
langkah itu kian lama kian mendekatiku, tapi ku tak menghiraukan dengan
perasaan tak stabil seperti ini.
Sekarang suaranya terhenti, dan tangan kanannya bergerak perlahan
kearah bahuku. Aku yang terus menangis, tak juga ingin mengangkat
mukaku kehadapannya.
“Riky” kata kakakku dengan suara iba dan lembut. Aku tak menjawab ,
aku terus menangis. Hingga membuatku sulit untuk mengatur nafasku.
“Riky, riky” suara kakakku yang begitu lembut, seakan mengejekku yang
sedang menangis. Dan dengan cepat ku berdiri dari sudut ruangan dan
berteriak pada kakakku “kau tak mengerti perasaanku, aku kau lebih
membela nya dari pada ku, aku telah mengorbankan kartu BLACK HUNTER ku,
untuk mu, tapi kau malah memberikannya untuk anak itu. Apakah kau tak
tahu betapa sulitnya hidup yang aku jalanai sekarang ini. Aku hanya
ingin membuat kau kembali menyukaiku, tapi nyatanya kau malah
membenciku. Aku tak pantas di sini bersamamu” dengan segera aku berlari
melewati sebuah pintu kecil dan meninggalkan kakaku di ruangan kosong
itu sendirian.
*******
Saat itu diruangan inap kakakku…
Diruang inap kakaku ,, ku lihat kakakku bersama roku sedang nonton Tv
bersama, aku yang tak berani mendekati mereka hanya melihat mereka
dari arah yang cukup jauh namun dapat diketahui mereka keberadaanku
saat itu.
Mereka seperti adik kakak yang akur pikirku saat itu, tak seperti aku
dengan kak rozy yang terkadang saja bias dapat baik satu sama lain.
Lamunanku yang tertuju pada mereka berdua pecah ketika kak rozy melihat
kearah ku dan tersenyum padaku, dan melambaikan tangannya seperti ingin
mengajakku untuk menonton tv bersama mereka. aku yang baru sadar
keberadaan kak rozy ,langsung saja aku menggelengkan kepalaku, tanda aku
tak ingin menonton tv bersama mereka.
Terlintas diotakku sebuah benda yang tak asing lagi bagi ku, benda
itu adalah sepatu roda ku. Entah kenapa aku langsung kepikiran dengan
sepatu roda yang kumiliki, tanpa sadar malah sekarang senyum tipis
tergambar dibibirku, tanda aku memiliki ide yang bagus untuk menarik
perhatian kakak rozy ku.
aku pun mulai menggunakan sepatu rodaku, disudut ruangan inap
kakakku. Dan aku mulai menjalankan rencana ku untuk menarik perhatian
kakkaku. Agar dia ingin bermain denganku daripada dengan roku teman
barunya itu.
aku mulai memasuki ruangan tempat kakakku menonton tv. Aku mulai
memutar tubuh mungil ku, bergaya seprti penari yang berada di atas
sepatu rodanya. Bermain akrobati seperti para badud yang lucu dan
handal. Semua org yang ada di daalam ruangan ini pun mulai menyoraki ku
tanda mereka menyukai penampilanku.
Aku pun melihat dari kejahuan kakakku dan roku mulai mendekatiku. Dan
mereka tersenyum melihatku. melihat kak rozy tersenyum, seakan
mengajakku untuk ikut tersenyum bersamanya. Aku merasa sangat senang
melihat kakakku, yang dapat tersenyum kembali karena hal yang kulakukan
ini.
Tapi semua tak lah lama, ketika Roku anak kampungan itu ingin
meminjam sepatu rodaku pada kakakku. Kak rozy yang baik hati tentu saja
menuruti keinginan teman barunya dibandingkan perasaanku. Awalnya aku
tak mau memberikan sepatu roda kesayanganku pada roku, tapi kak rozy
seakan selalu memaksa ku untuk dapat memberikannya.
“ayolah riky, kau telah lama memainkannya, pinjamkanlah sebentar pada
roku. Lihatlah dia kasihan , dia ingin menggunakannya sebentar saja”
bujuk kak rozy pada ku.
Kulihat wajah roku yang masam, yang ingin sekali menggunakan sepatu
roda ku ini, membuat aku menuruti kata kakakku rozy, dan aku pun
melepaskan sepatu rodaku dari kaki mungilku dan memberikan nya pada
roku.
Malah sekarang aku hanya bisa melihat mereka berdua lagi, bermain
bersama sepatu roda ku. Kak rozy seakan ingin sekali mengajari roku
bermain sepatu rodaku itu, terlihat jelas dari sikap kakkku padanya.
Kulihat kakakku memegang kedua tangan roku , yang perlahan berjalan
menggunakan sepatu roda ku itu.
Aku pun kembali posisi awalku, dengan lamunanku yang panjang. Aku
benar benar tak menuyukai roku, aku fikir roku benar benar telah
mengambil kak rozy dari kehidupanku. Dan itu membuat ku sangat kesal
karna perlakuannya terhadapku.
********
Keesokan harinya..
Ku lihat ibu roku memasuki ruangan dengan menangis pilu, aku yang
baru saja masuk kedalam ruangan tentu saja terkejut melihat ibunya
menangis. Ku lihat perlahan ,, berjalan dengan pelan, takut membuat
kebisingan yang dapat menmbah beban orang tuanya.
Dan ternyata, roku yang sangat ku benci itu, tergeletak diatas
kasurnya dalam keadaan koma. Aku sanagt terkejut,……. Jantungku berdetak
kencang, dengan mata yang tak berkedip sedikitpun, melihat keadaannya
serba memprihatinkan. Seluruh alat medis terpasang pada tubuhnya, alat
bantuan pernafasan, kabel yang berwarna warni ditubuhnya, bahkan
salurang makanan yang terpasang dihidungnya semakin membuat ku perlahan
mulai kasihan padanya,dan menyesali semua hal ini setelah apa yang
telah aku lakukan padanya kemarin.
Air mataku pun mulai mengalir. Perasaan bersalah Tak membiarkan dia
memiliki kartu BLACK HUNTER kesayanganku, dan mengikhlaskan sepatu
rodaku untuk roku mainkannya saat dia tak seperti ini terus menghantui
ku. Aku ssangat menyesal. Perlahan aku mulai menyukainya, dan kasihan
pada roku, aku telah berjanji pada diri ku sendiri, aku akan membuat
hari harinya penuh tawa bersama kak rozy dan kalau bisa aku pun ingin
mejadi salah satu hal yang menyebabkan senyuman itu.
******
Bersambung....