Perlahan cairan hangat itu
mengalir disela kelopak mata coklat yang ku punya, membasahi kedua pipi yang ku
miliki., waktu sudah menunjukkan 00:32
itu tandanya pergantian hari telah terjadi, namun aku masih terjaga
untuk menenangkan hati ku ini.
Debaran jantung yang tak dapat ku
atasi, membuat cairan hangat itu semakin deras membanjiri pipi ini,. Kenapa
harus aku, kenapa harus hidup ku, terkadang aku iri melihat orang lain, ingin
ku menjadi bagian di dalam mereka, mungkin tak se hebat ini sakit nya,, mungkin
tak kan se hebat ini sedihnya.
Kesedihan yang muncul kembali
mengingatkanku kembali pada 2 tahun yang lalu, ketika semua terjadi itu terjadi.,
trauma yang pernah ku alami, sama sekali tak ingin ku rasakan kembali, terlebih
lagi untuk mengingat semua itu..
Hidupku seakan berada di penjara,
hanya sebuah pensil dan kertas lah teman curhat ku, mengdukan semua keluh kesah
yang ku alami selama ini, kesendirian ku saat itu, kesedihan ku saat itu,
mengajarkannku akan kekuatan, kesabaran, keikhlasan bahwasannya hidup ku tak
kan selamanya seperti ini,,
Di sudut ruangan dengan
bermodalkan pensil dan kertas usang ku tulis hingga tangan ini gemetar menahan
sakit yg kurasakan, lantas percuma, tulisan yang ku buat sekarang telah rusak
dengan air mata ku sendiri,. Sebuah pensill dan kertas usang itu telah menjadi
saksi bisu yang melihat semua peristiwa itu terjadi, bagaimana kondisi lahir
dan batin ku yang terluka..
Sendiri disudut ruangan yang
dingin, bertemankan dengan sebuah bayangan yg selalu ikut merasakan apa yang
kurasakan, tanpa orang lain, tanpa ada seorang yang bisa masuk ke dalam
ditempat kuberada ini.
Namun hidupku terasa berbeda,
hidupku terasa lebih berarti ketika sosok pemuda yang datang dari dalam hati,
menyejukan kembali hati ini,, membuat ruang dingin ini perlahan berubah menjadi
tempat yang hangat dan nyaman,
Dia ulurkan tangannya ke hadapanku,
memberikan sebuah sapu tangan putih kepadaku,, hingga ku perlahan mengangkat
kepalaku yang telah lama tertunduk lemah,. Dia tersenyum kepadaku, namun air
matanya mengair deras dihadapanku, jatuh sudah air matanya ke pipiku saat itu,.
Aku menggapai tangan nya yang hangat, wajah itu tidak asing lagi oleh ku,,
Bukankah kita pernah bertemu
sebelumnya didalam mimpi? Benarkah ini sosok pemuda itu yang ada dalam dunia
nyataku? Segudang pertanyaan mengampiri aku,. Namun mullut ku terkunci tak dapat
berbicara satu kata pun,. Dia rangkul aku, membwaku ke tempat yang lebih terang
dan bercahaya bintang, dia angkat tangannya, diarahkan telunjuknya ke satu
bintang yang paling terang, lalu dia tersenyum kepada ku, seolah dia sedang
memetik bintang itu, lalu di buka genggaman tangan ku, dan memberikan cahaya
itu padaku,.
“aku adalah alasan mu untuk
bertahan, bersabarlah wahai wanita ku, hingga waktu itu tiba akan ku berikan
seluruh yang ku punya untuk mu, yang kan mengobati seluruh rasa sakit mu, yang
kan memberikanmu kenyaman lahir dan batin,. Tak kan ku biarkan kamu sendiri
menghadapi semua itu, bersenderlah selalu pada diriku, berikan sebagian rasa
sakit mu padaku, teruslah tersenyum walaupun pahit yang kau rasa, saat waktu
itu tiba aku akan menjemputmu,. Ku titip satu bintang yang paling terang untuk
mu, saat ku jauh dari mu, rasakan terangnya cahaya bintang yang ku berikan untukmu, dimana pun kamu berada kamu tak kan
merasa ada disebuah tempat yg gelap, karna aku akan selalu dihatimu sayang”
By: Yunita Anggraini NA
26-07-2015
By: Yunita Anggraini NA
26-07-2015
0 komentar:
Catat Ulasan